Dengan vaksin COVID-19 menjadi semakin tersedia, dunia di luar rumah kembali hidup lagi. Mall dan restoran mulai membuka pintu dan orang-orang kembali bekerja di kantor — work from office (WFO). Nampaknya hidup kembali normal.
Lalu bagaimana dengan new normal?
Kembali ke old normal akan sesulit beradaptasi ke new normal lebih dari setahun yang lalu. Dan sama seperti saat new normal baru mulai, inilah tanggung jawab kita sebagai pemimpin HR / Human Capital untuk memimpin para talent melalui kekhawatiran yang ada seputar kembali masuk ke gedung kantor.
Apa yang dilakukan perusahaan lain?
Sebuah survei pada lebih dari 2.000 perusahaan mengidentifikasi 4 pilihan untuk kembali WFO seusai pandemi.
Full return
Sedikit perusahaan merencanakan untuk kembali WFO sepenuhnya. Karyawan akan kembali masuk secara bertahap hingga tidak ada yang WFH, dan protokol kesehatan akan dipantau dengan dekat.
Partial flexibility
Di skenario ini, karyawan akan WFO untuk beberapa hari dalam satu minggu dan sisanya dilanjut WFH. Ini adalah pilihan yang paling populer saat ini di antara karyawan dan juga perusahaan.
Selective remote
Rencana ini akan memindahkan tim-tim terpilih untuk bekerja remote secara permanen, sementara karyawan lain akan tetap datang ke kantor. Talent di bidang kreatif, teknologi, dan support adalah calon yang paling memungkinkan untuk WFH permanen.
Full remote
Di sisi lain, beberapa perusahaan memilih untuk tidak WFO sama sekali. Membangun perusahaan yang 100% WFH lebih umum ditemukan di antara perusahaan teknologi.
Kekhawatiran seputar kembali WFO
Talent tingkat staff cenderung lebih merasa tidak nyaman dengan kembali WFO dibandingkan eksekutif tingkat tinggi. Berikut hanyalah beberapa dari kekhawatiran yang dapat Anda dengar dari karyawan Anda.
Risiko kesehatan
Vaksin pun tidak cukup mengurangi anxiety saat keluar rumah. Tindakan yang dulunya biasa saja seperti naik bus atau masuk lift dapat menjadi menyeramkan ketika sadar bahwa Anda menghirup udara yang sama dengan orang lain di ruangan tertutup.
Talent di perusahaan Anda dapat memiliki pengalaman berbeda dengan pandemi COVID-19, jadi penting untuk memahami bahwa beberapa orang akan lebih sulit menerima berita WFO.
Mengorbankan kenyamanan WFH
Kita sudah sangat terbiasa dengan bekerja dari rumah dan memiliki work-life balance yang sehat, lebih banyak waktu dengan keluarga, dan tidak harus berkendara setiap pagi, bahkan sehingga remote work tetap akan bertahan setelah pandemi berakhir.
Kita cenderung lebih fokus pada apa yang hilang dibandingkan yang didapatkan. Hilangnya kenyamanan dalam WFH dan diharuskan kembali bermacet-macetan adalah perubahan yang sulit diterima dalam hidup. Teman-teman yang lebih ekstrovert mungkin tidak sabar bertemu rekan tim lagi, namun bagi para introvert WFO berarti hilangnya personal space yang ada di rumah.
Kompensasi berkurang
Beberapa orang memprediksi bahwa pekerja remote dapat menerima gaji yang lebih rendah ketika perusahaan menyesuaikan kompensasi dengan lokasi WFH. Karyawan yang memilih (atau harus) WFH dari kota dengan pengeluaran rendah dapat menerima gaji yang berkurang. Kemungkinan lainnya adalah mengurangnya kenaikan gaji, dan keduanya menekankan anxiety akan merasa “terpaksa” untuk kembali WFO.
Namun, pimpinan perusahaan juga sadar bahwa ini memiliki kemungkinan kecil. Karyawan dapat saja resign dan cari pekerjaan baru, yang sekarang lebih mudah karena serba remote.
Ketinggalan dalam karier
52% percaya bahwa WFH akan membuat rugi dalam kemajuan karier. Bertemu orang dan rekan kerja secara fisik dapat membuka banyak kesempatan, dari membangun network hingga terlibat dalam proyek baru.
Seorang pimpinan perusahaan menjelaskan bahwa salesperson yang bersedia bepergian dan bertatap muka dengan klien memiliki advantage jauh dibandingkan yang memilih WFH. Ini terus menambahkan tekanan untuk merasa “harus” datang ke kantor, walaupun banyaknya kekhawatiran, karena takut ketinggalan atau kehilangan pekerjaan.
Cara mengatasi anxiety WFO
Kembali ke kantor tidak akan terasa sama untuk semua orang. Dalam menyeimbangkan antara kebutuhan perusahaan dan kesejahteraan talent, penting bagi seorang pemimpin untuk bertindak dengan empati dan suportif.
1. Beri informasi lengkap dari awal
Saat tidak tahu banyak tentang situasi, kita otomatis berasumsi yang terburuk. Inilah bagaimana rasa takut dan pertentangan akan perubahan mulai terjadi. Pastikan untuk menjelaskan dengan lengkap dari awal tentang keputusan untuk WFO.
Komunikasikan protokol kesehatan perusahaan, susun panduan untuk orang-orang yang akan datang ke gedung kantor. Beri update dengan sering dan teratur. Buat sesi video call dan antisipasi segala pertanyaan yang akan muncul. Lebih baik untuk overcommunicate dibanding membiarkan orang khawatir.
2. Sediakan safe space untuk bersuara
Memang normal kalau kita tidak nyaman menyampaikan kekhawatiran di meeting publik. Sediakan sebuah safe space untuk para talent menyuarakan pikiran mereka tentang keputusan untuk kembali WFO. Ini bisa berbentuk survei anonim atau sesi video call one-on-one.
Ini adalah waktu yang sempurna untuk para pemimpin membangun psychological safety. Jika Anda memiliki kekhawatiran tersendiri tentang kembali ke kantor, sampaikanlah. Biarkan tim Anda tahu bahwa kita berada di situasi yang sama, dan akan menjalaninya bersama-sama.
3. Kembali WFO secara bertahap
Seperti yang dibahas sebelumnya, cara terbaik adalah untuk kembali masuk kantor secara perlahan dan bertahap. Mungkin mulai dengan 25% karyawan di minggu pertama, lalu 50% dan 100% seiring waktu. Di samping mencegah risiko paparan, cara ini juga membantu talent Anda beradaptasi dan lebih yakin kembali ke old normal.
Rasa takut cepat menyebar namun juga keberanian. Pilih dengan baik kelompok pertama yang akan kembali WFO dan akan menerimanya dengan positif. Setelah mereka sudah menetap dan memberi berita baik bahwa WFO tidak seburuk yang dikira, kekhawatiran pun akan hilang dan yang lain akan lebih siap untuk kembali.
4. Menjadi suportif
Setiap individu dapat mengalami dampak berbeda dari pandemi. Mereka dapat menghadapi situasi traumatis atau mengalami perubahan drastis dalam kehidupan. Terkadang, WFH adalah satu-satunya pilihan untuk mereka.
Jika ini situasinya, jadilah suportif dan berikan kesempatan untuk bekerja remote secara permanen. Dukung para talent untuk menemukan rencana yang tepat dimana mereka dapat berkontribusi dengan nyaman dan produktif. Pandemi ini membawa tantangan pada banyak orang, dan inilah tugas kita untuk memimpin dengan empati dan memberi dukungan bagi talent yang menjadi bagian perusahaan.
Beda budaya, beda pendekatan
Artikel ini menjelaskan guideline umum untuk mengatasi anxiety WFO di antara karyawan, namun pendekatan tertentu dapat lebih efektif untuk perusahaan Anda tergantung pada budaya kerja. Temukan budaya perusahaan Anda dengan Dreamtalent dan kenali talent dan kandidat hingga tingkat psychometric, untuk rekrutmen dan talent development yang lebih akurat secara ilmiah.