Summary: Microaggression yang juga sering dikenal dengan istilah unintentional discrimination atau diskriminasi tidak sengaja adalah bentuk penghinaan, perendahan, dan pelecehan sehari-hari yang dialami oleh kelompok minoritas dan dilakukan secara tidak sadar. Microaggression dapat terjadi dalam bentuk perkataan, perbuatan, atau bahkan pengaruh dari lingkungan. Microaggression sendiri terbagi lagi menjadi 3 bentuk utama, yaitu microassault, microinsult, dan microinvalidation.
Expectations: Setelah membaca artikel ini, kamu dapat mengenal, memahami, dan mengidentifikasi perilaku-perilaku yang termasuk dalam microaggression. Kamu juga dapat mempertimbangkan cara-cara di bawah untuk menangani dan mencegah terjadinya microaggression.
Microaggression, komentar ataupun pertanyaan yang sebenarnya dilontarkan secara tulus untuk bertanya, tapi ternyata termasuk dalam sebuah hinaan.
Nih contohnya yang sudah sering terjadi dan pasti pernah dialami oleh kamu semua. Contohnya pas Lebaran atau lagi pergi ke acara keluarga, pasti ada kan satu atau beberapa tante yang tiba-tiba nyeletuk “Ih, gendutan ya,” atau “Kok kamu iteman? Abis liburan kemana?”
Mungkin maskdunya emang cuman buat nanya, tapi kita yang dengar merasa risih dan tidak nyaman.
Komentar, pertanyaan, atau celetukan ini tidak cuman terjadi di lingkungan keluarga loh. Tapi ini juga sering terjadi sama orang-orang yang bekerja di kantor apapun bidang mereka bekerja.
Kadang ada ngomong ke seorang anak magang “Kamu baru umur 20? Saya pikir sudah 30 an.” Maksudnya sih mungkin mau bilang kalau anak magang itu kelihatan sudah dewasa, tapi kan kembali lagi pikiran pertama yang muncul setelah dengan komen itu jadi “Kok muka kamu tua?”
Atau bahkan ada yang berkomentar menyentuh hal-hal tentang suku, ras, bahkan agama.
Jadi, selamat datang di dunia microaggression.
Sebelum kita mengenali jenis-jenis microaggression, ada baiknya kita juga mengenali definisi dari microaggression sendiri sebelumnya.
Microaggression Di Kantor, Apa Itu?
Sesuai dengan contoh-contoh yang sudah diberikan di atas, microaggression adalah pertanyaan, pernyataan, ataupun komentar yang secara tidak sadar dilakukan, yang secara tidak langsung menyinggung kelompok minoritas atau marjinal.
Menurut Dr. Derald Wing Sue, seorang psikologis dari New York Presbyterian menyatakan bahwa microaggressions adalah penghinaan, perendahan, dan pelecehan sehari-hari yang dialami oleh kelompok minoritas dalam interaksi sehari-hari mereka dengan orang-orang yang berniat baik yang tidak menyadari bahwa mereka terlibat dalam bentuk perilaku yang menyinggung atau merendahkan.
Microaggression juga sering dikenal dengan istilah unintentional discrimination atau diskriminasi tidak sengaja.
Istilah tersebut muncul karena, seperti yang Dr. Sue katakan, bahwa mereka tidak sadar bahwa perkataan mereka termasuk dalam diskriminasi.
Walaupun dilakukan secara tidak sengaja, microaggression tetap akan memberikan dampak, terutama terhadap orang yang menerima perkataannya. Komentar yang sangat sepele bahkan dapat membuat orang lain merasa buruk tentang diri mereka sendiri.
Mereka yang menerima perundingan tersebut secara tidak sadar dapat membentuk harga diri yang rendah, hingga bahkan gangguan kesehatan mental.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Judith Lynn Fisher-Blando menyatakan bahwa,
“Hampir 75% karyawan menjadi korban bullying ditempat kerja dibandingkan pelecehan atau pelecehan seksual.”
Microaggression lama kelamaan akan membentuk lingkungan kerja yang tidak sehat.
Kok Bisa Terjadi Microaggression?
Sama seperti perundungan pada umumnya, microaggression ini terjadi karena adanya bias. Namun, pada microaggression bias yang terjadi adalah bias implisit, dimana bias yang berada diluar kesadaran pelaku. Beda halnya dengan perundungan atau bullying yang terjadi karena bias eksplisit, dimana pelaku sadar akan dampak dan bahaya dari apa yang mereka katakan dan lakukan.
Menurut Harvard Business Review, microaggression ini dapat terjadi tidak hanya dari komentar ataupun pertanyaan. Hal ini tidak hanya terjadi melalui komunikasi verbal, tapi juga melalui komunikasi non-verbal, yaitu perilaku, ekspresi wajah, dan juga gestur tubuh. Microaggression juga dapat terjadi melalui lingkungan sekitar.
1. Verbal Microaggression
Seperti contoh yang sudah ada di atas, microaggression secara verbal terjadi melalui komentar, pertanyaan, dan pernyataan.
-
Buat orang Indonesia dengan keturunan biasa muncul pertanyaan “Kamu sebenarnya orang apa?” Padahal lahir di Indonesia.
-
Buat karyawan perempuan yang kritis dan blak-blakan “Kok kamu agresif?”
-
Buat teman atau rekan dari daerah terus ngomong bahasa Inggris “Wah Inggrisnya lancar ya.” Seakan-akan orang daerah bisa belajar juga.
-
Memberikan feedback berdasarkan kepribadian seseorang. Misalkan “Kamu seharusnya lebih banyak senyum” yang biasa dilontarkan kepada karyawan perempuan saat presentasi.
2. Non-Verbal Microaggression
Non-verbal atau perilaku microaggression adalah tindakan yang tidak sensitif atau bermasalah yang sering kali memainkan stereotip identitas
-
Tidak mengundang rekan kerja karena dia tidak termasuk dalam “lingkaran pertemanan”.
-
Mengasumsikan bahwa karyawan yang lebih senior tidak dapat menggunakan teknologi.
-
Tidak mau duduk disamping orang dengan baju lusuh di kereta.
3. Environmental Microaggression
Environmental microaggression adalah diekspresikan dalam masyarakat melalui kurangnya representasi, inklusi, dan keragaman.
-
Tidak mempertimbangan karyawan perempuan untuk dipromosikan (perempuan seharusnya menjadi ibu rumah tangga).
-
Upah karyawan laki-laki yang lebih tinggi daripada upah karyawan perempuan dengan posisi yang sama.
-
Tidak suportif kepada karyawan yang ingin berkembang.
Jenis Microaggression
Menurut Medical News Today, microaggression terbagi menjadi 3 jenis atau bentuk utama, yaitu:
1. Microassault
Biasa dikenal dengan nama rasisme tradisional. Microassault terjadi karena pelaku berperilaku diskriminatif dengan sengaja.
Mereka tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan orang lain atau tidak menganggap tindakan mereka berbahaya. Namun, pelaku tidak akan mengakui bahwa apa yang mereka lakukan atau katakan adalah diskriminatif.
2. Microinsult
Microinsult atau penghinaan mikro terjadi ketika seseorang secara tidak sengaja dan tidak sadar mengatakan hal-hal yang diskriminatif atau berperilaku diskriminatif.
Pelaku biasanya berpikir bahwa Ia sedang memuji, namun sebenarnya mereka membuat pernyataan yang menghina.
3. Microinvalidation
Microinvalidation adalah tindakan dan perilaku yang menyangkal rasisme dan diskriminasi. Invalidasi terjadi ketika seseorang meremehkan perjuangan kelompok sasaran.
“Prasangka adalah beban, yang membingungkan masa lalu, mengancam masa depan, dan membuat masa kini tidak dapat diakses.”
- Maya Angelou
Kamu Ternyata Melakukan Microaggression? Apa Yang Harus Kamu Lakukan?
Jika seseorang memberi tahu kamu kalau kamu sudah mengatakan sesuatu yang menyinggung, ini adalah saat yang tepat untuk berhenti sebentar dan mempertimbangkan cara terbaik untuk menangani situasi tersebut.
1. Berhenti Sejenak
Ketika kamu diberitahu oleh seseorang, kebanyakan hal itu dapat membuat kita bersikap defensif. Hal yang dapat kamu lakukan adalah tarik napas dalam-dalam dan ingatlah bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan.
Melakukan kesalahan kecil bukan berarti kamu adalah orang yang jahat. Hal ini menandakan bahwa kamu memiliki kesempatan untuk memperlakukan rekan kerja dan teman kamu dengan baik dan saling menghormati.
Meluangkan waktu sejenak untuk berhenti sejenak, bernapas, dan merenung dapat membantu kamu menghindari bereaksi dengan emosi dan berpotensi mengatakan sesuatu yang gegabah yang dapat memperburuk situasi.
2. Minta Klarifikasi
Jika kamu tidak yakin dengan apa yang kamu lakukan yang telah menyinggung perasaan mereka, kamu dapat mengajak mereka berdialog dengan meminta klarifikasi. Katakan, "Bisakah kamu memberitahu dan menjelaskan lebih lanjut tentang apa yang membuat kamu merasa tersinggung?"
3. Dengarkan Untuk Mendapatkan Pemahaman
Dengarkan perspektif teman atau rekan kerja kamu. bahkan ketika kamu tidak setuju dengan perspektif mereka. Untuk memastikan kamu telah memahami sudut pandang mereka, kamu dapat menyatakan kembali atau memparafrasekan apa yang kamu dengar dan pahami.
4. Mengakui Dan Meminta Maaf
Setelah kamu sadar bahwa apa yang kamu katakan dan lakukan yang merugikan seseorang telah terjadi, kamu harus mengakui kesalahan tersebut dan dengan tulus meminta maaf atas pernyataanmu dan karena bersikap tidak sensitif.
Tentunya microaggression akan memiliki kemungkinan lebih kecil untuk muncul ketika kamu berada di lingkungan kerja yang positif dan suportif. Namun, walaupun memiliki kemungkinan yang kecil, kamu juga harus tetap berhati-hati dan juga sensitif dengan lingkungan sekitar.
Untuk terhindar dari lingkungan kerja dan budaya kerja yang tidak suportif dan toxic, perlu sekali kamu mengenal lebih dalam lagi, baik kepribadian kamu sendiri dan juga budaya kerja dari perusahaan kamu. Hal ini dapat kamu lakukan melalui tes psikometri seperti yang tersedia di Dreamtalent.
Dengan mengetahui kepribadianmu, kamu akan lebih mudah menemukan perusahaan dengan budaya kerja yang sesuai dengan kepribadian serta minat kamu.