HR professional yang bekerja di industri ritel pasti sudah menggelengkan kepala melihat judul artikel ini. Ritel adalah industri yang paling konsisten mengalami tingkat voluntary employee turnover, kapanpun dan dimanapun.
Mari intip definisi sebentar untuk menyegarkan memori:
- Employee turnover adalah tingkat di mana karyawan meninggalkan perusahaan Anda. Voluntary turnover berarti memilih untuk keluar (resign).
- Employee retention adalah seberapa baik perusahaan Anda dapat mengurangi turnover di atas.
Namun employee turnover adalah masalah yang dihadapi HR di semua industri, bukan hanya ritel.
Pasti kita sudah pernah mendengar cerita-cerita seperti karyawan baru yang langsung keluar setelah probation, atau talent yang menjadi bagian penting dalam tim tiba-tiba keluar tanpa memberitahu.
Dan sebagai HR leader, kita juga sadar bahwa bukan hanya karyawan saja yang pergi, namun juga:
- kapital yang diinvestasi dalam hiring (hingga Rp 50 jt. per hire)
- waktu yang diinvestasi oleh tim rekrutmen (2-4 minggu per hire)
- output kerja, pengetahuan, dan keahlian
- morale dan kinerja tim
Mengapa karyawan keluar? Dan apa yang bisa kita lakukan sebagai HR leader untuk meningkatkan employee retention?
Mengapa karyawan saya keluar?
Studi di 2020 oleh Michael Page Indonesia menerangkan alasan di balik mengapa talent keluar atau menetap.
Menariknya, 91% dari talent yang keluar tidak melakukannya karena alasan keuangan.
Talent keluar karena:
- peluang lebih baik di tempat lain
- budaya kerja tidak sehat
- tidak cocok dengan gaya kepemimpinan
Dan akan menetap jika:
- employee engagement diperkuat
- kesempatan promosi tersedia
- training & development ditawarkan
5 strategi employee retention agar karyawan menetap
Beri kerja yang sesuai dengan minat
Satu alasan untuk keluar yang belum tercantum di atas adalah ketidakcocokan antara minat talent dengan pekerjaan yang dilakukan.
Di Indonesia saja, lebih dari 51% orang yang bekerja merasa berada di karier yang salah.
Melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan passion adalah salah satu alasan utama rendahnya kepuasan kerja, kinerja, dan akhirnya turnover.
Bahkan jika talent memberi performa baik di suatu posisi, tetap mungkin bahwa minat mereka berada di tempat lain. Maka merupakan peran pemimpin untuk membantu talent membentuk pekerjaan menjadi sesuatu yang menyenangkan, memuaskan, dan bermakna.
Ini dapat mulai dari hal kecil seperti memberi proyek atau klien yang berhubungan dengan minat mereka. Misalnya, seorang talent yang memiliki passion dalam bakti sosial akan senang bekerja dengan klien yang non-profit.
Cara lain adalah memberikan kesempatan untuk berpindah ke posisi lain dalam perusahaan Anda yang lebih sesuai dengan minat mereka. Anda tetap harus mengisi posisi lama yang ditinggalkan, namun lebih pentingnya, Anda memungkinkan talent untuk berkontribusi dalam peran yang disukai, tanpa harus berpindah ke tempat kerja lain.
Manfaatkan kelebihan mereka
Strategi lain untuk meningkatkan employee retention adalah memastikan bahwa talent memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kelebihan mereka dalam pekerjaan sehari-hari.
Ketika kelebihan mereka tidak digunakan, talent akan merasa sia-sia dan membuang waktu dalam posisi yang salah.
Pemimpin harus mengenali kelebihan setiap karyawan dan memberikan posisi di mana mereka dapat memanfaatkannya dengan penuh.
Lebih dari hanya mengenali, ini adalah kesempatan untuk menghadapi salah satu faktor utama dari employee retention: pelatihan dan perkembangan. Menawarkan peluang untuk mempertajam keterampilan tidak hanya membuat talent memberi performa lebih baik, namun juga mendorong mereka untuk menetap.
Pemimpin bahkan dapat menciptakan pekerjaan baru untuk menampung overlap antara posisi lama talent dan kelebihan mereka yang sebenarnya. Selain menemukan cara baru untuk berkontribusi, mempromosikan talent dengan membuat posisi baru berdasarkan kelebihan mereka akan memberi kepuasan dengan berada di dalam karier yang sesuai.
Pelihara budaya kerja yang positif
Di Blog Dreamtalent kita selalu membahas tentang pentingnya budaya perusahaan (company culture) di industri apapun.
Namun apa sebenarnya yang dimaksud dengan budaya yang positif?
Budaya perusahaan yang positif adalah yang mendorong psychological safety dan bebas dari perilaku toxic.
Psychological safety adalah ketika merasa aman untuk menjadi jujur dan mengakui kesalahan di depan orang lain.
Melihat bahwa budaya kerja yang tidak sehat adalah salah satu alasan utama untuk pergi, maka memelihara budaya yang menarik dan membasmi toxicity adalah strategi yang penting untuk meningkatkan employee retention.
Employee engagement adalah aspek penting lainnya dari budaya perusahaan yang kuat (dan juga faktor dalam employee retention). Hal-hal sederhana seperti sesi ngobrol informal dapat membantu banyak dalam mengetahui apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh tim Anda di samping membangun hubungan yang kuat.
Beri peluang berkembang
Memberi peluang untuk belajar dan berkembang adalah cara perusahaan menunjukkan bahwa mereka peduli akan pertumbuhan dan masa depan karyawan, dan merupakan cara efektif untuk meningkatkan employee retention.
Seperti yang dibahas sebelumnya, talent menghargai kesempatan untuk berkembang bukan hanya secara profesional namun juga secara pribadi. Menggunakan asesmen untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dapat membantu Anda menyusun program pelatihan yang paling efektif untuk setiap talent dengan menghadapi kebutuhan masing-masing secara langsung.
Proses belajar tidak harus selalu berada di dalam ruangan. Biarkan talent menghadapi tugas yang lebih menantang atau berada di luar kebiasaan, sehingga mereka dapat mempertajam keterampilan sembari membangun jalan karier.
Memberi feedback juga cara lain untuk membantu karyawan berkembang dengan belajar dari kesalahan mereka. Ketahui cara memberi feedback tangguh dengan benar di artikel ini.
Rekrut talent yang cocok dengan perusahaan Anda
Jauh lebih mudah untuk mempertahankan orang yang sudah cocok dengan perusahaan Anda, daripada berusaha menemukan posisi yang cocok saat ada risiko turnover.
Asesmen psikometri seperti Dreamtalent memungkinkan Anda menemukan talent yang fit dengan pekerjaan, budaya perusahaan, gaya kepemimpinan, dan bahkan gaya bekerja rekan tim.
Ketika talent memiliki job & culture fit yang baik, mereka akan merasa puas dan sesuai dengan pekerjaan dan budaya perusahaan, karena selaras dengan minat dan gaya bekerja, sehingga meningkatkan employee retention dari hari pertama.