Kerja Sampai Meninggal, Overwork Sudah Dianggap Wajar?
Tempat Kerja | 01 Aug 2023 | By Dreamtalent Blog Writer
Kerja Sampai Meninggal, Overwork Sudah Dianggap Wajar?

Summary: Ketika bekerja setiap orang memiliki rintangan dan tekanannya masing-masing, baik itu secara internal maupun eksternal. Maka dari itu, penting bagi kamu untuk mengetahui batasan diri sendiri ketika bekerja.

 

Expectations: Setelah membaca artikel ini, kamu bisa mengenali, memahami, dan tau cara mengatasi ketika kamu sedang dihadapkan pada situasi kerja secara berlebihan atau overwork.

 

Beberapa waktu lalu, Bantul sempat digemparkan dengan kabar berita seorang desainer grafis yang meninggal dunia di kamar kosnya karena sering begadang dan minum kopi demi menyelesaikan deadline pekerjaannya. Tapi, tahukah kamu? Ternyata fenomena seorang pekerja yang meninggal karena overwork tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi terjadi juga di Jepang, loh!

 

Di Jepang fenomena itu disebut dengan karoshi. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang menyatakan bahwa karoshi terjadi karena dua hal, yaitu:

  • Penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh terlalu banyak bekerja sehingga kelelahan.

  • Bunuh diri karena masalah kesehatan mental yang berhubungan dengan kerja berlebihan. Hal ini dapat terjadi jika karyawan menggandakan jam kerja dalam seminggu atau 100 jam setiap bulan selama tiga bulan berturut-turut.

 

Selain itu, ternyata Jepang tidak memiliki batasan jam kerja secara hukum. Ini berarti perusahaan bebas meminta waktu sebanyak mungkin dari para pekerjanya. 

 

Eh tapi, ini baru bahas fenomena overwork yang terjadi di Indonesia dan Jepang aja, loh! Masih banyak lagi orang di negara lainnya yang kerja secara berlebihan dengan berbagai alasan.

 

Glorifikasi Overwork

 

Namun, anehnya beberapa orang banyak yang menganggap overwork ini sebagai bukti sebagai standar “kesuksesan” dalam bekerja. Glorifikasi ini dianggap umum oleh para pekerja kelas menengah atas.

 

Hal ini semakin diperparah dengan banyaknya orang yang kagum dengan para pengusaha teknologi yang jam tidurnya sedikit karena fokus bekerja. Contohnya, Elon Musk. Sang pemilik Twitter atau yang kini berganti nama menjadi X tersebut pernah membuat cuitan mengenai jam kerja di akunnya pada tahun 2018.

 

Cuitan Elon Musk mengenai jam kerja di akun Twitternya pada tahun 2018

 

Menurut Elon Musk, seseorang butuh bekerja selama 40 jam dalam seminggu untuk “mengubah dunia”. Tapi, banyak juga orang yang tidak suka dengan pernyataan Elon Musk karena dianggap menormalisasikan budaya kerja berlebihan atau overwork.

 

Tidak hanya para pengusaha besar yang dijadikan panutan dalam mengejar kesuksesan. Buku-buku self-development dan sosial media pun ikut berperan aktif sebagai sumber inspirasi dan motivasi seseorang dalam mencapai karier yang bagus. 

 

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Hal yang perlu diingat adalah kamu harus bisa membedakan mana yang kerja secara berlebihan dan mana yang kerja sebagai salah satu upaya mengejar cita-cita. Jangan sampai kamu jadi orang yang terjebak dalam hustle culture!

 

“Budaya Overwork ≠ Sukses”



Apa Yang Menyebabkan Terjadinya Overwork?

Menurut data pada situs stastista.com, pada tahun 2022, terdapat sekitar 2.968 orang di Jepang melakukan bunuh diri karena masalah yang berkaitan dengan situasi kerja mereka di Jepang.

 

Sedangkan, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) yang diterbitkan tahun 2021 menemukan bahwa 745.000 orang meninggal pada tahun 2016 akibat stroke dan penyakit jantung iskemik sebagai akibat langsung dari bekerja setidaknya 55 jam per minggu. Lalu, kira-kira apa sih yang menyebabkan terjadinya overwork?

 

Penyebab paling sering terjadinya kerja berlebihan adalah beban kerja yang terlalu berat. Hal ini dapat dengan mudah terjadi jika sebuah tim kekurangan tenaga kerja atau sebuah proyek besar sedang berlangsung. Meskipun dalam jangka pendek hal ini dapat diatasi, bekerja lembur, atau terlalu banyak pekerjaan yang ditugaskan kepada seseorang dapat menjadi masalah.

 

5 Upaya Mengatasi Overwork

 

5 Upaya Mengatasi Overwork

 

Setiap orang pasti memiliki beban dan tekanan eksternal ataupun internal dalam bekerja. Namun, kamu memiliki hak untuk menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan job description-mu. Coba terapkanlah 5 upaya berikut ini untuk mengatasi kebiasaan overwork-mu.

1. Renungkanlah Value Diri Sendiri

Sangat penting untuk menemukan nilai-nilai yang ada pada diri sendiri secara detail dan mendalam. Kamu juga pasti setuju kalau hal-hal seperti kejujuran, keadilan, kecepatan, kebaikan, keberanian, kemandirian, kebebasan, tantangan, dan kerja sama adalah hal yang baik untukmu.

 

Namun, setiap orang memiliki prioritas yang berbeda. Begitu juga dengan nilai atau hal yang menurutmu penting. Apa yang paling membuat kamu merasa hidup? Apakah kamu merasa bahwa karir yang sedang ditekuni terasa bermakna atau justru sebaliknya?

 

Misalnya, kalau kamu berpikir bahwa keberanian adalah hal yang paling penting dan bernilai, coba pertimbangkan bagaimana kamu dapat melakukan segala pekerjaan dengan lebih berani mengambil sebuah resiko dan jangan ragu untuk mengambil resiko tersebut. Tanamkan dalam pikiranmu bahwa ini bukan hanya tentang apa yang lebih baik kamu lakukan daripada bekerja, namun juga sebagai salah satu cara untuk menemukan kepuasan dalam bekerja.

 

Percayalah bahwa sebuah usaha dan pengalaman yang didasari oleh nilai dan prinsip, maka kamu akan belajar untuk merasa "cukup" dalam pekerjaan/karier kamu, bukannya mengukur pencapaian dengan berapa lama jam kerja yang kamu lakukan.

 

2. Tolak Hustle Culture Dengan Menentukan Goals

Sebenarnya, kebiasaan terkait dengan hustle culture biasanya tidak menghasilkan sebuah pencapaian yang besar. Cobalah untuk lebih fokus pada tujuan dan keahlianmu. Kamu bisa mencoba mengejar sebuah tujuan yang spesifik dan personal seperti mengetahui dan memahami fenomena penting, memecahkan masalah yang kompleks, atau membuat dampak positif dalam masyarakat.

 

Cara lain untuk menjauh dari hustle culture adalah dengan menyusun ulang pekerjaan menjadi sebuah keahlian yang kamu bisa kembangkan. Hal ini akan membuat kamu lebih tertarik pada aspek-aspek pekerjaan seperti memperoleh keterampilan, mendapatkan feedback, dan berinteraksi dengan berbagai macam orang yang dapat membantu kamu berkembang.

 

Jadi, jangan hanya fokus pada tujuan kerja seperti target penjualan saja, tetapi kamu juga bisa mempertimbangkan ambisi yang lebih besar dan yang paling penting bagi diri sendiri. Cobalah untuk fokus pada tugas dan pekerjaan yang membantu kamu mencapai salah satu tujuan personal tersebut sehingga kamu bisa menyelesaikan pekerjaan inti dan juga goals personalmu secara bersamaan.

 

3. Belajar Dari Role Model

Role model ini tidak harus orang-orang yang berasal dari kalangan selebriti atau CEO yang kamu suka atau kagumi saja. Amatilah orang-orang yang berada di lingkungan sekitar atau orang yang bekerja pada satu bidang pekerjaan denganmu. Adakah orang yang bekerja dengan baik tanpa bekerja terlalu keras yang menginspirasimu? Kamu juga perlu tau apakah kamu bisa menerapkan salah satu kebiasaan dan prinsip orang-orang tersebut agar sesuai dengan nilai, tujuan, kepribadian, dan keadaan yang kamu miliki.

 

4. Tentukan Batasan Kerja

Ada sebuah hukum dasar psikolog yang dapat membantu kamu untuk mengabaikan permintaan kerja yang berlebihan. Ketika sebuah perilaku diperkuat, maka perilaku tersebut akan meningkat. Ketika Anda mengabaikannya, kemudian perilaku tersebut akan berhenti.

 

Misalnya, jika seorang rekan kerja mengirim kamu sebuah email di luar jam kerja dan kamu membalasnya, kamu membuat sang pengirim memintamu melakukan lebih banyak hal lagi. Semakin kamu mengabaikannya, orang tersebut mungkin akan semakin mencoba mencari cara lain yang lebih manipulatif supaya membuat kamu mematuhinya. Tetapi, kemudian orang itu akan berhenti jika kamu benar-benar bisa mengabaikan permintaan tersebut sepenuhnya.

5. Atur Waktu Sebaik Mungkin

 

Metode time management

 

Pernahkah kamu merasa bahwa waktu 24 sehari terasa kurang untuk melakukan segala aktivitas yang ada? Jika iya, mungkin kamu belum bisa mengatur waktumu dengan baik. Kamu bisa menerapkan metode time management untuk membantu lebih mudah mengatur waktu di kala jadwal kegiatan yang padat.

 

Salah satu metode time management yang bisa kamu terapkan adalah Parkinson's law. Parkinson’s law diambil dari nama seorang sejarawan Inggris bernama Cyril Northcote Parkinson. Parkinson menjadi terkenal karena sebuah ungkapan "work expands so as to fill the time available for its completion." Dengan kata lain, orang menyesuaikan kecepatan mereka dengan beban kerja dan jumlah waktu yang mereka miliki untuk menyelesaikannya.

 

Lalu, bagaimana cara kerjanya?

  • Cobalah bekerja tanpa pengisi daya komputer. Hal ini akan memaksa kamu untuk bisa menyelesaikan tugas sebelum komputermu mati. 

  • Selesaikan lebih awal. Daripada menyelesaikan pekerjaan pada tengah malam, cobalah untuk menyelesaikannya pada siang hari. 

  • Tetapkan deadline. Beri diri sendiri waktu untuk melakukan sesuatu dan kemudian bagi menjadi dua.

  • Batasi waktu untuk mengerjakan tugas. Misalnya, sediakan waktu selama 20 menit di pagi hari untuk menjawab email.

 

Nah, cara tersebut sangat cocok untuk kamu tipe orang yang suka menunda-nunda pekerjaan dan bisa bekerja di bawah tekanan. Jangan lupa dicoba yaaa!

 

“Semua orang pasti menghadapi tekanan internal dan eksternal dalam bekerja. Namun, dalam mengejar kesuksesan karier, overwork tidak boleh dinormalisasikan.”


Kamu tau nggak kalau bekerja sesuai passion, kerja akan terasa lebih ringan, meski dihadapkan dengan beban kerja yang menumpuk. Tapi, gimana caranya menemukan minat dan bakat kamu? Yuk, kunjungi Dreamtalent siapa tau kamu bisa mengenal diri kamu lebih dalam dan menemukan karier yang cocok dengan minat dan bakatmu.