Karyawan Quiet Quitting? Ini 4 Cara Menghindarinya
Tempat Kerja | 20 Feb 2023 | By Yehezkiel Faoma Taslim
Karyawan Quiet Quitting? Ini 4 Cara Menghindarinya

Summary. Quiet quitting menjadi tren di dunia kerja ketika karyawan hanya bekerja sesuai dengan porsinya tanpa ingin melakukan usaha lebih. Jika perusahaan ingin go beyond, tentu membutuhkan semangat karyawan untuk go to the extra mile. Berikut adalah tips perusahaan agar terhindar dari quiet quitting karyawan yaitu melakukan deep talk antara perusahaan dan karyawan, menciptakan sense of purpose, memberikan kesempatan untuk berkembang, serta apresiasi atau reward atas pencapaian positif.

 

Expectation. Setelah membaca artikel ini Anda dapat menerapkan tips agar karyawan perusahaan Anda terhindar dari quiet quitting.



Setiap perusahaan pasti memiliki mimpi yang besar di masa depan sehingga harus go to the extra mile (memberikan usaha lebih). Tentu di balik perusahaan sukses, terdapat karyawan yang solid dan bekerja keras untuk mewujudkan mimpi bersama. 

 

Namun, hal ini hanya akan menjadi angan, ketika karyawan Anda tidak memiliki visi yang sama dengan perusahaan dan hanya bekerja seminim mungkin.

 

Mengutip dari Forbes,  quiet quitting adalah kondisi dimana karyawan memberikan upaya minimal mereka untuk menyelesaikan pekerjaan. quiet quitting menjadi istilah tren dunia kerja di media sosial yang menggambarkan penolakan terhadap budaya hustle culture (bekerja melebihi tanggung jawabnya).

 

Hati-hati, bisa jadi karyawan Anda sedang melakukan quiet quitting. Lantas, apa itu quiet quitting?

Quiet Quitting: It’s Hard To Go Above and Beyond

Mengutip dari Forbesquiet quitting adalah kondisi dimana karyawan memberikan upaya minimal mereka untuk menyelesaikan pekerjaan. quiet quitting menjadi istilah tren dunia kerja di media sosial yang menggambarkan penolakan terhadap budaya hustle culture (bekerja melebihi tanggung jawabnya).

 

Secara sekilas, memang fenomena quiet quitting tidak terlihat begitu problematik. Karyawan masih tetap mengerjakan tugas sesuai job desk dan porsinya. Namun, quiet quitting bisa jadi salah satu pertanda permasalahan yang serius. 

 

Karyawan yang melakukan quiet quitting atau disebut sebagai “quiet quitters”, merasa kehilangan antusiasme terhadap pekerjaan mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan Anda memiliki employee engagement yang rendah.  

 

“Quiet Quitting berdampak lebih buruk dibanding karyawan resign (Forbes, 2022).”

 

Menurut Anthony Klontz, para leaders merasa bahwa membuat karyawan untuk berhenti melakukan quiet quitting adalah hal yang lebih sulit daripada kehilangan karyawan itu sendiri. Hal ini disebabkan karena mereka enggan bekerja secara lebih sehingga membebani karyawan lain yang memiliki visi yang sama dengan perusahaan yaitu go above and beyond.

 

Selain itu, berdasarkan studi yang dilakukan oleh The Society for Human Resource Management, menemukan fakta bahwa 51% HR professional merasa khawatir terhadap fenomena quiet quitting. Sebab fenomena quiet quitting akan berdampak pada moralitas karyawan di tempat kerja dan menurunkan kualitas hasil kerja serta produktivitas karyawan.

 

Selain itu, berdasarkan studi yang dilakukan oleh The Society for Human Resource Management, menemukan fakta bahwa 51% HR professional merasa khawatir terhadap fenomena quiet quitting. Sebab fenomena quiet quitting akan berdampak pada moralitas karyawan di tempat kerja dan menurunkan kualitas hasil kerja serta produktivitas karyawan.

Mengapa Karyawan Memilih Quiet Quitting?

Terdapat beberapa alasan mengapa karyawan memilih untuk melakukan quiet quitting, diantaranya yaitu:

 

Agar terhindar dari rasa stress dan burnout akibat pekerjaan.
Kurangnya keterlibatan dengan perusahaan yang disebabkan oleh ekspektasi kerja yang tidak jelas. 
Tidak ada kesempatan dalam mengembangkan karier di perusahaan.
Merasa tidak diperhatikan oleh perusahaan.
Tidak memiliki visi dan tujuan yang sama dengan perusahaan.

 

  • Agar terhindar dari rasa stress dan burnout akibat pekerjaan.

  • Kurangnya keterlibatan dengan perusahaan yang disebabkan oleh ekspektasi kerja yang tidak jelas. 

  • Tidak ada kesempatan dalam mengembangkan karier di perusahaan.

  • Merasa tidak diperhatikan oleh perusahaan.

  • Tidak memiliki visi dan tujuan yang sama dengan perusahaan. 

 

Dari alasan-alasan tersebut, terlihat bahwa kesejahteraan karyawan memang penting untuk dijaga agar mereka tetap nyaman di perusahaan dan tidak melakukan quiet quitting. Berikut adalah tips yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar karyawan tidak melakukan quiet quitting:  

4 Tips Menghindari Quiet Quitting Karyawan

1.  Lakukan Deep Talk Antara Karyawan dan Perusahaan

Membangun komunikasi adalah kunci untuk memperkuat hubungan antara karyawan dan perusahaan. Baik HR, atasan, manajer, ataupun pimpinan perusahaan dapat melakukan diskusi bersama karyawan secara mendalam atau dapat disebut dengan istilah deep talk. 

 

Deep talk ini bisa diterapkan secara formal maupun informal. Namun, tentu deep talk memiliki tujuan yang berbeda dari meeting biasanya. Deep talk adalah salah satu pendekatan untuk menyelaraskan harapan perusahaan dan ekspektasi karyawan

 

Hal ini akan mempermudah kedua belah pihak dalam proses bekerja. Perusahaan harus mengetahui ekspektasi karyawan seperti lingkungan kerja yang aman, work life balance, gaji yang sesuai, bonus, cuti, serta hak lainnya. Sedangkan perusahaan juga harus dapat menjelaskan target kerja secara transparan kepada karyawan. 

2.  Ciptakan A Sense of Purpose 

Salah satu penyebab karyawan melakukan quiet quitting adalah tidak adanya tujuan dan motivasi lain dalam bekerja selain mendapatkan gaji. Oleh sebab itu, mereka hanya akan bekerja sesuai dengan tanggung jawab mereka.

 

Perusahaan harus dapat menciptakan dan menumbuhkan sense of purpose dalam diri seorang karyawan. Sense of purpose yang akan mendorong rasa semangat karyawan dalam bekerja. 

 

Perusahaan dapat mengadakan program pembekalan karyawan atau upskilling yang identik dengan keahlian mereka untuk meningkatkan kompetensi, program bonding karyawan agar memperluas networking, aktivitas corporate social responsibility, dan lain sebagainya. 

3.  Bangun Leadership dan Opportunities

 

Memberi kepercayaan dan peluang untuk memimpin suatu proyek atau pekerjaan menjadi hal krusial dalam meningkatkan kinerja karyawan. Hal ini menandakan bahwa perusahaan mendukung karier karyawan agar berkembang. 

 

Ketika perusahaan menjadi support system, tentu karyawan akan termotivasi untuk mengejar karier dan tujuan mereka. Selain itu, karyawan akan cenderung memiliki produktivitas dan kepuasan kerja yang tinggi. 

4.  Beri Pengakuan dan Reward atas Pencapaian Positif

Setiap karyawan pasti menginginkan pekerjaannya dihargai. Perusahaan dapat menunjukkan apresiasi kepada karyawan dengan memberikan pengakuan dan reward atas pencapaian mereka.

 

Apresiasi tidak melulu tentang bonus gaji, namun juga dapat berupa ucapan dan perayaan tulus yang menunjukkan bahwa hasil kerja karyawan memiliki makna penting bagi perusahaan. Selain itu, reward dan apresiasi akan mendorong karyawan untuk lebih meningkatkan semangat dan kinerja mereka.

 

Apresiasi tidak melulu tentang bonus gaji, namun juga dapat berupa ucapan dan perayaan tulus yang menunjukkan bahwa hasil kerja karyawan memiliki makna penting bagi perusahaan. Selain itu, reward dan apresiasi akan mendorong karyawan untuk lebih meningkatkan semangat dan kinerja mereka. 

Kunci Di Balik Karyawan yang Hebat

 

Kunci di balik karyawan yang hebat, selalu ada budaya kerja yang positif dan suportif. Membangun budaya kerja tidak hanya tentang bagaimana perusahaan bekerja, tetapi juga bagaimana karyawan memaknai setiap visi dan misi dalam kariernya. 


Tentu tidaklah mudah memahami tujuan karier setiap karyawan. Namun, Anda dapat menggunakan alat tes psikometri seperti yang ada di Dreamtalent untuk mengetahui karakteristik karyawan. Anda dapat memetakan komposisi karyawan sesuai dengan harapan, ekspektasi, dan pengalamannya. Tentu hal ini akan mempermudah perusahaan dalam membangun budaya kerja yang positif dan suportif.