Summary: Dalam bekerja, pasti sering sekali merasakan lelah, jenuh, tertekan, dan masih banyak lagi. Kamu tahu bahwa bekerja tidak selalu diikuti dengan matahari dan pelangi, maka dari itu kamu juga siap untuk menghadapi segala masalah dan juga kondisi yang mungkin akan kamu hadapi. Resiliensi di kantor mendorong kamu untuk bangkit dan mencari solusi untuk menangani permasalahan ini. Namun, tidak semua orang memiliki resiliensi yang kuat, Untuk mengasah resiliensi tersebut, kamu dapat melakukan cara seperti bersikap proaktif, memperhatikan kesehatan, dan juga membangun koneksi.
Expectations: Setelah membaca artikel ini, kamu dapat memahami maksud dari menjadi karyawan yang memiliki resiliensi yang tinggi. Bagaimana resiliensi itu akan berpengaruh kepada karakter dan juga perkembangan karier kamu.
Di kantor, apa yang akan kamu lakukan jika kamu merasa capek, jenuh dengan pekerjaan, atau ketika kamu gagal dalam pekerjaan kamu? Apa kamu akan pasrah atau apa kamu akan bangkit dan coba terus?
Jenuh dan gagal dalam pekerjaan memang sudah biasa untuk dihadapi oleh seorang karyawan. Kesulitan dan kendala adalah hal yang tidak mungkin tidak kamu temui ketika bekerja. Namanya juga kendala, pasti akan membuat kamu menjadi lengah dan kamu mungkin “terjatuh”. Tapi, bagaimana kamu menanggapi dan menghadapi kesulitan itu lah yang paling penting.
Ketika kamu mampu menghadapi kesulitan dan kegagalan, atau apapun kondisi yang kamu sedang hadapi, itulah namanya resiliensi. Kamu pasti sudah sering dengar kata resiliensi. Tapi kamu tau gak, arti dari resiliensi itu apa?
Katanya Penting Untuk Dimiliki, Apa Itu Resiliensi?
Resiliensi, rasanya sudah tidak asing lagi untuk didengar di telinga. Resiliensi atau resilience adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi, tetap tangguh dan teguh dalam situasi apapun. Begitu pentingnya resiliensi hingga wajib dimiliki oleh semua orang, dan tidak hanya karyawan.
Resiliensi juga berarti kemampuan kamu untuk bangkit dari kegagalan, mencoba mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang kamu hadapi, dan juga respons yang kamu berikan kepada diri kamu sendiri untuk memperbaiki diri.
Kamu tahu gak kalau resiliensi itu termasuk dalam skill?
Iya, betul banget. Resiliensi termasuk skill yang biasa sering kali dikaitkan dengan etos kerja seorang karyawan. Banyak orang gak sadar dengan keberadaan resiliensi. Mungkin kamu juga tidak sadar juga, karena resiliensi ini hadir di hal-hal kecil yang mungkin sudah biasa kamu temui.
Ketika kamu berada di lingkungan baru, kamu tidak tertekan. Ketika kamu ditempatkan di posisi yang sulit, kamu tidak mundur. Kamu tidak iri, cemburu, dan tidak mudah sakit hati, mental kamu kuat. Hal-hal kecil seperti contoh di atas termasuk dalam resiliensi.
Menurut analisa seorang dokter dari Psychologist Gold Coast, terdapat 7 komponen yang membentuk resiliensi dalam diri seseorang. Namun, tidak ada individu yang menguasai seluruh 7 komponen utama resiliensi.
7 Komponen Resiliensi, Apa Saja Yang Kamu Kuasai?
Dalam resiliensi terdiri dari 7 komponen yang juga bentuk kemampuan yang mungkin dimiliki oleh seorang karyawan.
1. Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan kamu untuk mengetahui cara menangani situasi tertentu yang dimana kamu mungkin sedang dihadapi oleh situasi yang menekan. Untuk memenuhi kemampuan ini, kamu membutuhkan keterampilan dalam menghadapi tantangan dan juga memiliki kesempatan untuk melatih kemampuan ini.
2. Kepercayaan Diri
Kepercayan diri adalah keyakinan akan kemampuan diri kamu sendiri. Rasa percaya diri akan muncul jika kamu merasa kompeten akan suatu hal tertentu. Kamu dapat meningkatkan kepercayaan diri dengan menemukan kekuatan diri kamu.
3. Koneksi
Ketika kamu memiliki hubungan yang erat dan dekat dengan teman-teman, rekan kerja, kelompok masyarakat, dan keluarga, kamu akan cenderung memiliki rasa aman dan rasa memiliki. Rasa aman dan rasa memiliki ini akan kamu terima ketika kamu mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekatmu, dari rekan kerja, dan juga dari komunitas masyarakat kamu.
Resiliensi akan terbentuk ketika kamu memiliki hubungan yang kuat dengan orang lain. Kamu tidak akan khawatir mengenai keputusan yang akan kamu ambil karena kamu tahu bahwa orang-orang terdekatmu akan selalu mendukungmu apapun keputusan yang kamu ambil. Kamu dapat meningkatkan koneksi dengan cara memperkuat ikatan kamu dengan menjadi teman yang baik, anggota keluarga yang peduli, atau anggota komunitas yang aktif.
4. Karakter
Ketika kamu memiliki karakter, kamu memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang kuat. Karakter yang kuat juga berarti kamu memiliki nilai-nilai dan kamu memegang nilai tersebut dengan teguh, kamu dapat mengetahui mana yang benar dan salah, dan kamu dapat memberikan keputusan yang bijak.
5. Kontribusi
Saat kamu memberikan kontribusi, kamu akan sadar bahwa kamu memiliki peran dalam dunia ini. Kontribusi yang kamu berikan, sekecil apapun itu, pasti akan berarti bagi orang lain.
6. Mengatasi (Coping)
Coping adalah kemampuan dari komponen resiliensi yang memiliki arti paling mirip dengan definisi resiliensi sendiri. Coping berarti kemampuan kamu dalam mengatasi dengan lebih efektif dan lebih siap untuk mengatasi tantangan hidup. Kamu biasa mengenalnya dengan nama coping mechanism yang memiliki arti bagaimana cara kamu menghadapi situasi yang menyebabkan kamu stres atau tertekan, baik tekanan dari dalam diri sendiri ataupun tekanan dari luar.
Umumnya, coping mechanism terbagi menjadi dua tipe, yaitu aktif dan menghindar. Coping mechanism aktif pada dasarnya kamu tahu penyebab dan pemicu stres, juga bagaimana cara kamu menanganinya. Sedangkan menghindar atau avoidant lebih memilih untuk menghindar atau mengabaikan masalah.
Namun, terlepas dari kedua tipe tersebut, kamu dapat melakukan coping mechanism dengan tetap menjaga emosi dan menenangkan diri ketika berada di situasi menekan, melakukan aktivitas yang membuat diri kamu tenang, dan yang paling terpenting adalah jangan lupa untuk meminta pertolongan orang lain.
7. Kontrol
Kontrol adalah ketika kamu menyadari bahwa diri kamu memiliki kontrol atas keputusan dan tindakan kamu sendiri. Kamu lebih mungkin untuk mengetahui bagaimana membuat dan mengambil pilihan serta keputusan sehingga kamu dapat bangkit kembali. Self control adalah istilah yang sering kali digunakan secara luas.
Ketika kamu mampu mengendalikan diri kamu, mengendalikan emosi kamu, secara otomatis kamu akan memiliki kondisi prima dalam mengambil keputusan. Kamu akan menjadi rasional dan mempertimbangkan semua faktor sebelum kamu mengambil tindakan. Walaupun emosi memiliki peranan yang penting, tapi ketika kamu menghadapi sebuah masalah kamu harus memiliki kesadaran untuk mengendalikan situasi.
Kontrol yang baik dapat kamu tingkatkan dengan cara-cara seperti tidak membesar-besarkan suatu masalah, kamu memikirkan dampak yang mungkin akan terjadi, mengubah sudut pandangmu, bijak dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan, dan juga kamu harus bisa saling mengerti perasaan yang terdampak.
Tidak Menguasai Semua Komponen? Tenang, Ini Cara Untuk Meningkatkan Resiliensi
Ga Perlu khawatir kalau kamu tidak menguasai 7 komponen dari resiliensi. Kamu dapat melakukan cara-cara berikut untuk meningkatkan resiliensi kamu loh.
1. Belajar Dari Kesalahan
Ketika kamu salah dan gagal, memang kamu harus menerimanya dengan lapang dada. Tapi, lapang dada tidak berarti kamu pasrah dengan keadaan. Kamu harus mampu bangkit dan mau belajar dari kesalahan yang membuat kamu gagal. Pastinya ada hal yang dapat kamu ambil dari kesalahan tersebut untuk membantu kamu menjadi lebih baik lagi.
2. Lawan Rasa Takut
Kalau kamu mudah takut, kapan kamu mau maju? Rasa takut pasti kamu hadapi ketika kamu bertemu dengan keputusan-keputusan yang penting. Tapi kamu harus ingat, rasa takut itu bisa kamu kontrol, bukan rasa takut yang mengontrol kamu. Kamu bisa mulai dengan menenangkan diri, kemudian kamu bisa mencari sumber permasalahan dan apa yang membuat kamu takut dan ragu untuk mengambil keputusan itu. Lalu kamu bisa membuat list keuntungan dan kerugian yang mungkin akan kamu hadapi jika mengambil keputusan itu. Ketika kamu dapat menjalaninya dengan tenang, kamu secara perlahan sudah melawan rasa takutmu.
3. Membangun Koneksi
Kamu dapat membangun hubungan yang kuat dan positif dengan orang yang kamu cintai. Kamu dapat membangun hubungan dengan teman-teman, rekan kerja, keluarga, atau komunitas lainnya. Hubungan yang kamu bangun dapat memberikan dukungan, bimbingan, dan juga mereka dapat menerima kamu di saat yang baik dan juga buruk.
4. Bersikap Proaktif
Kalau kamu punya masalah atau kendala, jangan kamu abaikan. Ketika kamu dihadapi oleh masalah, kamu cari tahu apa yang perlu kamu lakukan untuk mengatasi masalah tersebut, kamu membuat rencana, dan kamu mengambil tindakan. Kamu dapat bersikap proaktif di kantor dengan tidak meninggalkan tugas dan kewajiban kamu jika dihadapi dengan situasi yang menekan, kamu juga dapat bersikap proaktif dengan memberikan pendapat dan masukan, atau ketika kamu berani untuk mengambil tindakan dan keputusan.
5. Fokus Kepada Kesehatan
Menurut BetterUp, karyawan yang memiliki waktu tidur cukup memiliki kemungkinan 4,2 kali lebih besar untuk menjadi resilien. Namun tidur cukup tidak hanya menjadi satu-satunya aspek yang mempengaruhi kesehatan kamu. Untuk meningkatkan kesehatan, kamu perlu untuk memperhatikan kesehatan makanan yang kamu konsumsi, kamu perlu untuk tetap terhidrasi, dan berolahraga teratur.
Resiliensi yang dimiliki karyawan dalam dunia kerja akan dicari oleh banyak perusahaan. Ketika kamu tangguh dalam menghadapi masalah, itu artinya kamu tidak mudah untuk menyerah. Itulah mengapa resiliensi sangat perlu untuk dimiliki.
Kira-kira kamu udah punya resiliensi yang kuat belum? Kalau kamu belum yakin, kamu bisa cek melalui tes psikometri yang ada di Dreamtalent loh. Dengan melakukan tes psikometri tersebut, kamu bisa mengetahui seberapa kuat resiliensi yang kamu miliki, sekaligus bagaimana cara meningkatkannya.